Two Sexy To Anniversary

Bzzzzzt…bzzzzzt…

Ponsel pribadi di meja kerja Nanon bergetar, sengaja di-silent karena Nanon tidak ingin diganggu oleh urusan pribadi di jam kerjanya. Hanya sekarang 15 menit menjelang jam 6 sore, tidak apalah urusan pribadinya ditengok lebih cepat.

[Hey Schatz…don’t be late, yes? Remember, our anniversary dinner. Wuv you!]

Nanon tersenyum membaca pesan di ponselnya. Pesan dari seorang Pawat, yang memutuskan untuk menjadi kekasihnya tepat di hari ini, 2 tahun yang lalu. Schatz adalah panggilan kesayangan Pawat kepadanya, berasal dari bahasa Belanda yang artinya sayang. Entah dari mana dia mendapatkan kata itu, ketika Nanon menanyakannya Pawat hanya menjawab, pernah baca di mana tapi lupa.

Jemari lentik Nanon lalu bergerak di kibor ponselnya,
[Yes, Bebe. I’ll be home soon. Wait for me…], ketiknya.

Tepat jam 6 Nanon mematikan komputer dan merapikan mejanya. Sekarang giliran ponsel kantor di-silent dan dimasukkan ke dalam ranselnya, sementara ponsel pribadinya masuk ke saku dalam jasnya. Disandangkannya ransel ke bahu dan diraihnya sebuket bunga mawar merah yang tadi dipesannya di florist lantai dasar. Nanon sengaja minta buket tersebut diantar ke kantor alih-alih ke rumah, walaupun dia tahu Pawat pasti di rumah karena dia sengaja mengosongkan jadwalnya di hari perayaan mereka. Sayangnya, Nanon tidak bisa mengajukan cuti karena sudah ada rekan setimnya yang cuti. Itulah sebabnya Nanon membelikan buket bunga mawar untuk Pawat.

Diletakkannya buket bunga mawar dengan hati-hati di kursi penumpang mobilnya, dan ransel di bawah kursi tersebut. Dengan cepat Nanon beralih ke kursi pengemudi, dan menyalakan mesin mobilnya. Sebelum menjalankannya, Nanon menyempatkan untuk mengetik, [Bebe, i’m otw home..😘]

Memasuki carport rumahnya, Nanon terheran-heran dengan keadaan dalam rumahnya yang gelap gulita. Lampu teras sudah menyala, tapi kenapa lampu dalam masih mati semua, batinnya. Masa’ iya, Pawat ketiduran dan lupa menyalakan lampu? Diparkirnya mobil di carport, mematikan mesinnya, lalu diraihnya buket bunga dengan cepat ke dalam pelukannya. Ransel ditinggalkan di mobil karena Nanon sedikit panik, khawatir terjadi apa-apa dengan Pawat di dalam rumah.

Saking paniknya, kunci rumah terlupakan karena masih di dalam ransel, dan ketika Nanon hendak berbalik ke mobil untuk mengambilnya, kunci pintu rumah diputar dari dalam dan pintu pun terbuka sedikit. What the hell, pikir Nanon… Kamu ngapain sih, Paw? Dilangkahkannya kaki memasuki rumah dan ternyata di dalam rumah walau dari luar terlihat gelap, ada secercah cahaya warna-warni dari lampu led. Meskipun begitu, tetap tidak ada tanda-tanda keberadaan Pawat.

“Bebe…!”
“Paw, Paw-Paw, Pawat… aduh, di mana sih?”
“Bebe, plis jangan bercanda. Kamu di mana?”

Ditutupnya pintu depan dan Nanon terus melangkah sampai ke ruang tengah, hingga tiba-tiba suara musik terdengar dan lampu ruang tengah menyala terang. Tampaklah di sana sesosok tubuh ramping dan kekar, terbalut croptop berwarna hitam-putih, bercelana jeans dengan kancing-kancing pengganti ritsleting, berpose dengan seksinya seakan-akan sedang menjalani sesi pemotretan untuk majalah.

Nanon menundukkan kepala dan menutupi wajah dengan tangannya yang bebas, bibirnya membentuk senyuman lebar. Astaga, berulah apalagi pacarnya kali ini?
Senyumnya berubah menjadi tawa terbahak ketika lagu yang terputar adalah I’m Too Sexy dari Right Said Fred, dan Pawat makin liar berpose di depannya.

“Paw, kamu ngapain sih?”
“Kasih surprise buat kamulah, Schatz”, jawab Pawat sambil meliukkan badannya mengikuti irama lagu.

“Hmm…itu buat aku?” tanya Pawat sambil menunjuk buket bunga yang dibawa Nanon.

“Yes, happy 2nd anniversary, Bebe. Sorry, nggak bisa nemenin kamu sesiangan ini”, Nanon menjawab sambil menyerahkan buket dan mencium pipi Pawat.

Pawat meraih buket bunga tersebut ke dalam pelukannya. Matanya menatap lekat wajah Nanon di hadapannya, sambil membalas ciuman pipi tadi bibirnya mendekat ke telinga Nanon, “Bunga dan cium pipi aja nggak cukup, Schatz…”

Nanon menggelengkan kepalanya sambil tersenyum, satu tangannya bergerak merangkul pinggang ramping Pawat, dan dikitarinya tubuh kekar kekasihnya itu  sehingga Nanon sekarang berdiri di belakangnya.

Tangan yang tadinya di pinggang bergerak merayapi perut rata dan keras Pawat yang tidak tertutup, diletakkannya dagu di bahu Pawat dan bibir Nanon bergerak mendekat ke telinga Pawat. Sambil berbisik, “Memang kamu mau apa lagi, Bebe?”, digigitnya cuping telinga Pawat dengan lembut sampai lelaki kekar itu menjatuhkan buket bunganya ke lantai dan membalikkan badannya sehingga mereka kembali saling berhadapan.

Kali ini kedua tangan saling merangkul pinggang satu sama lain. Mata keduanya saling menatap, dan bibir mereka sama-sama tersenyum. Nanon menyentuhkan bibirnya dengan lembut ke bibir Pawat, yang tentu saja disambut dengan pagutan Pawat yang makin lama makin liar, sampai tiba-tiba Nanon menjauhkan bibirnya dari bibir Pawat, “Jawab dulu, Paw…kamu mau apa?”

Pawat meraih tangan Nanon yang berada di pinggangnya dan mengarahkan tangan tersebut ke bukaan celana jeansnya yang berupa kancing.

I want you to open those buttons…”
“Just that? ‘Kay….”

Tangan Nanon mulai membuka satu persatu kancing celana jeans Pawat, hingga pada kancing ketiga tangannya ditarik Pawat dan dimasukkan ke celana jeansnya. Nanon terkejut karena tiba-tiba tangannya merasakan kejantanan Pawat yang sudah menegak dan tidak ada lapisan kain lagi selain celana jeans yang dipakainya. Nanon terbahak karenanya, dan dengan tangannya yang bebas diraihnya dagu Pawat, “So you’re going commando this whole afternoon?”

Pawat mengangguk, “I can’t stand it anymore. Please, give me. Stroke me with your hand. Just give me, Schatz. Please.

Tangan Nanon yang berada di dalam celana jeans Pawat mulai mengelus pelan, disentuhnya bagian kepala yang terasa lebih besar, dan cairan pre-cum membasahi tangannya. Kedua tangan Pawat mulai memeluk leher Nanon, mencari topangan karena kakinya mulai terasa lemas. Nanon terus memijat kejantanan Pawat, dan sampai akhirnya Pawat berejakulasi dan mengeluarkan cairan sperma di tangan Nanon.

Nanon berjalan ke arah dapur dan mencuci tangannya di basin. Setelah mengeringkan tangannya dengan towel kitchen, Nanon kembali ke Pawat yang masih berdiri bersandar di meja makan. Peluh membasahi wajah Pawat, nafas yang tadinya terengah-engah perlahan mulai teratur.
Nanon memandangi wajah kekasihnya, diciumnya dahi Pawat dengan lembut, “For now, you okay with just my hand?” tanyanya. Pawat mengangguk, “I want more, but better save it for later. Thank you, Schatz. Dinner first.” Nanon tersenyum sambil merapikan celana jeans Pawat dan mengancingkannya.

Dinner first. Happy 2nd Anniversary, Bebe. I wuv you very very much…

Tinggalkan komentar